Penulis: Eloys Adisty
PARIS –Bandara Charles de Gaulle, Paris awal Februari 2020,nampak sibuk. Seperti penumpang lain, penulis juga direpotkan dengan sejumlah barang bawaan.
Udara dingin terasa dikulit dan rasa capek setelah menempuh penerbangan 22 jam dengan pesawat EVA Air. Dari Jakarta harus transit di bandara Taoyuan, Taiwan selama 2,5 jam.
Setelah istirahat sebentar, di depan toilet di bandara Charles de Gaulle, Paris untuk membersihkan diri. Kulanjutkan hari pertama ini untuk keliling Paris yang dikenal sebagai kota yang romantis.
Keluar dari bandara cukup menggunakan transportasi umum yaitu kereta atau dikenal sebagai…sempat bingung keliling beberapa kali..akhirnya bertanya di informasi..meski harus terbata-bata karena sebagian menggunakan bahasa Perancis….Tetapi tetap saja bahasa Inggris yang kupelajari sejak TK..tetap menjadi andalanku..semangat…. mengingat saat itu musim dingin, di bulan Februari 2020, aku mengenakan baju berlapis…mulailah bacpackeran ini…
Tidak salah jika kota ini digambarkan sebagai kota yang romantis dengan orang-orang berbudaya tinggi dan penuh aturan bertingkah laku (manner). Jutaan wisatawan mengunjungi Paris, Prancis. Ada magnet kuat yang membuat orang tertarik dan mengunjungi negeri cantik ini. Termasuk penulis yang datang dan pergi dari kota ini.
Bila seharian keliling kota dengan menggunakan transportasi public area bakal bertemu dengan wisatawan mancanegara atau bahkan mereka yang bekerja di kota ini.Banyak alasan kenapa orang tertarik ke Paris. Setidaknya dalam film-film produksi Hollywood, Paris sungguh menarik seperti yang disampaikan di awal tulisan ini.
Alasan lainnya tentu banyak. Keindahan arsitektur kota ini juga menjadi alasan besar seperti Notre Dome serta menara Eiffel yang membuat lena. Belum termasuk tempat-tempat bersejarah, keunikan budayanya, dunia mode, atau sekadar berwisata kuliner.
Semua itu bikin kita bersemangat, tapi please… don’t get over excited.
Selain semua yang menarik di atas, ada hal penting yang harus diwaspadai jikalau Anda wisata di sana. Copet!
Penulis melihat sendiri di depan mata, saat naik metro, tiga gadis cantik dan tampil modis, berusaha mencopet saudara yang sudah beberapa bulan tinggal di Jerman. Beruntung, ada seorang wanita muda yang mengingatkan saudara dengan berteriak, “Madame, Madame, be carefull.”
Maka, tangan copet yang sudah memegang tas untuk mengambil sesuatu itu kemudian dilepas.Saat metro atau kereta ini berhenti di sebuah statiun, tiga gadis cantik ini bergegas turun. Saking terkesima, penulis tidak sempat ambil foto. Iya, copet. Ingat, di Paris pun ada copet. Jangan kira, copet bukan bagian yang dikenal di antara kemegahan industri pariwisata Paris.
Diakui atau tidak, ada sejumlah individu yang hidup dari pekerjaan mencopet para turis yang lengah. Otoritas Paris memahami ini. Untuk memperingatkan wisatawan tentang ancaman ini, Paris serius melakukannya.
Amati saja. Setiap Anda naik Metro (sistem kereta bawah tanah Prancis), terdengar pengumuman peringatan. Itu tersiar untuk penumpang dari waktu ke waktu. Isinya, waspadalah dengan barang berharga Anda. Peringatan itu disampaikan dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Inggris. Bahasa lainnya: ‘awas copet’.
Bahkan petugas berseragam memperingatkan penulis saat naik metro dari Bandara Charles de Gaule ketika menuju ke tengah kota. “Be carefull Madame,” katanya.
Untuk itu jika Anda akan travelling ke Eropa, khususnya Paris, bisa menyimak catatan berdasarkan pengalaman komunitas Backpacker Internasional dan data dari berbagai sumber yang penulis kumpulkan, diantaranya kita bisa mengenali copet:Copet beraksi di tempat-tempat dimana banyak turis sedang berkumpul menikmati Paris.
Waspadalah bila berada di dalam Metro atau bus dalam kondisi berdesak-desakan. Waspadai pula tempat-tempat di keramaian seperti Notre Dome, Les Champs-Elysees, dan tentu saja di seputar Menara Eiffel.
Copet biasanya beraksi dalam kelompok. Ada yang bertugas sebagai pencopet, ada yang bertugas mengalihkan perhatian. Waspadalah kalau ada sekelompok orang (umumnya muda, remaja, dan bisa laki atau perempuan) mulai mepet-mepet.Para copet itu bisa berlagak dan berpakaian rapi atau seperti turis, karyawan, atau remaja biasa. You will never guess, a well dress young man in front of you is actually a pick pocket.Menghindari CopetTidak bawa uang kontan dalam jumlah banyak.
Turis asal Asia sering jadi target copet karena mereka suka membawa uang kontan. Ini masalah budaya. Maka sebaiknya bawalah uang kontan secukupnya atau lebih baik gunakan kartu kredit.Tinggalkan paspor di safety box di hotel atau resepsionis. Paspor dan barang berharga sebaiknya tidak usah dibawa. Tinggalkan di safety box di kamar hotel.
Hotel yang tidak memiliki safety box di dalam kamar biasanya memiliki safety box di dekat resepsionis. Tanyakan kepada petugas hotel letak safety box. Cukup membawa foto kopi paspor sebagai tanda pengenal. Namun ada yang menyarankan paspor dibawa kemanapun pergi dengan catatan benar- benar dibawa di tempat aman.Dompet dimasukkan ke dalam baju.
Sejumlah turis menghindari copet dengan membeli dompet bertali. Mereka menggantungkan talinya di leher dan dompetnya sebagai mata kalung. Ini salah satu alternatif, hanya berlaku kalau dompetnya isinya tidak berat.
Bagaimana Jika Kecopetan? Kadang, malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat diraih. Bila jadi korban copet, segera lakukan hal-hal berikut:Telepon bank penerbit kartu kredit atau ATM dan blokir agar kartu kredit/ATM-nya tidak digunakan orang lain. Untuk ini, ada baiknya nomor telpon bank penerbit kartu kredit dicatat terpisah di tempat lain.
Laporkan kehilangan/kecopetan ini kepada pos polisi terdekat. Biasanya pos polisi Paris di tempat wisata mempunyai petugas polisi yang berkemampuan bahasa Inggris.Bila yang termasuk hilang adalah paspor, segeralah ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).
Kedutaan nantinya akan membuat Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) sebagai dokumen perjalanan one way kembali ke IndonesiaDiperlukan pas foto untuk dokumen perjalanan ini. Jadi bawalah beberapa lembar pas foto diri.
Ada baiknya juga, sebelum berangkat cari tahu dan catat alamat KBRI di negara setempat dengan nomor teleponnya.Hari pertama tiba di Paris sudah dilewati dengan drama copet yang tidak sekadar baca atau dengar, tapi melihat sendiri aksinya.Namun tulisan ini tidak bermaksud untuk men-discourage kawan-kawan yang hobby travelling untuk datang ke Paris.
Justru sebaliknya, dengan persiapan yang matang, termasuk dengan mengantisipasi hal-hal buruk yang mungkin terjadi, akan lebih menjamin perjalanan wisata di Paris tidak akan terlupakan.Oh ya, banyak peringatan untuk waspada copet. Seperti papan penanda berbunyi seperti ‘Attention Aux Pickpockets/Beware of Pickpockets’ alias ‘awas copet’, bertebaran di setiap sudut kota.Tak cuma papan penanda, videotron yang dipasang di tempat antre untuk naik ke Eiffel pun menggambarkan animasi tentang waspada copet itu.
Petugas di depan pintu masuk untuk naik ke Menara Eiffel juga mewanti-wanti. Menurut sang petugas, tiap hari ada saja pengunjung yang kecopetan. Soal copet ini, menurut tour leader rombongan, Yudi, dari sebuah tour internasional memang parah di Eropa.Yudi mengatakan, tak hanya di Menara Eiffel, di Paris dan kota-kota turis di Eropa lainnya, copet sangat nekat dan bermodal. “Kalau turun dari bus lihat kiri-kanan ya. Di sini banyak copet. Mereka tak segan untuk mendekati dan merampas tas begitu saja. Copetnya bernyali sekali,” tuturnya
Di Arc de Triomphe, gerbang legendaris yang dibangun Napoleon Bonaparte itu, Yudi sampai menginstruksikan anggota rombongan untuk menaruh semua barang berharganya di dalam bus. Membawa barang seperlunya saja