Penulis: Hanif Marjuni
(Manajer Media dan PR PT LIB)
Jika Anda menyimak kompetisi BRI Liga 1 2021/2022 sejak awal, maka anda akan menemukan daftar pemenang berbagai kategori. Ada pemenang pemain terbaik, pemain muda terbaik, pelatih terbaik, gol terbaik, sampai dengan 11 pemain terbaik pada tiap posisi. Tiga bulan terakhir, itu sudah diumumkan pada setiap bulannya.
Tahukah Anda, jika penentuan deretan daftar pemenang berbagai kategori tersebut, tidak mudah. Berbelit. Tidak juga karena like atau dislike seperti yang pernah dicibir oleh netizen. Banyak pertimbangan untuk menentukan pemenang setiap kategorinya.
Untuk mengumumkan deretan pemenang, PT Liga Indonesia Baru (LIB) membentuk tim khusus yang bernama Technical Study Group (TSG).
Untuk musim ini, tim TSG beranggotan beberapa nama yang cukup berpengalaman di sepak bola Indonesia. Di antaranya Danurwindo, Yeyen Tumena, Mahruzar Nasution dan dibantu analis yang lain.
Hampir saban hari, mereka selalu berkomunikasi. Mereka memantau jalannya pertandingan di BRI Liga 1 2021/2022. Semuanya. Tanpa kecuali.
Materi yang dibahas di komunikasi tim TSG itu bermacam-macam. Mulai dari performa tim, pemantauan penampilan per individu, tren taktik yang dipilih kontestan, kejelian pelatih dalam menerapkan strategi dalam sebuah pertandingan, sampai dengan minute play deretan pemain muda.
Di luar itu, statistik juga menjadi bahan diskusi berikutnya. Khusus yang satu ini, malah mutlak. Tak pernah ditepikan.
Sekadar informasi, statistik yang digunakan untuk penentuan deretan kategori terbaik itu pun, juga bermacam-macam. Minute play dari sang pemain, menjadi rujukan yang sangat penting. Berikutnya, pada angka-angka yang mengarah pada rapor spesifik per individu. Seperti jumlah gol, assists, umpan akurat, tembakan, sampai dengan jumlah penyelamatan untuk kiper. Intinya, semua dinilai secara obyektif. Ada komparasi yang akurat.
Nah, seperti apa proses penentuan pemain terbaik tiap bulannya? Ini yang menarik, guys! Pertimbangan-pertimbangan seperti di atas, selalu ada. Bahkan, wajib hukumnya. Tapi, selalu ada muncul fenomena yang akhirnya penentuan sang pemenang itu tak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh proses lagi.
Begini gambaran umumnya.
Logika paling gampang, ada pada hitung-hitungan pemenang pemain terbaik pada tiap pekannya. Jika sang pemain terpilih dua atau tiga kali sebagai pemain terbaik per tiap pekannya, besar kemungkinan ia akan menjadi pemain terbaik pada bulan yang dimaksud. Simpel.
Akan tetapi, akan muncul persoalan jika hitung-hitungan jumlah pemenang mingguan itu sama. Biasanya, ada dua atau tiga nama yang ternyata jumlah kalkulasinya seragam. Bila ini terjadi, diskusi dan debat lama di tim TSG, selalu terjadi. Tentu, dengan beragam argumentasi yang logis.
Pada titik ini, pertimbangan-pertimbangan berikutnya akan muncul ke permukaan. Untuk menentukan sang pemenang, tim TSG menelisik pada aspek lain. Misalnya performa per pertandingan, pengaruh sang pemain ke tim, attitude, dan performa tim dalam satu bulan yang dihitung.
“Ada pemain bagus secara individual, tapi dia tidak punya pengaruh yang signifikan ke tim. Pemain terbaik biasanya memiliki dua syarat tersebut. Ia bagus secara individu dan kontribusinya bagi tim juga cukup besar,” beber Danurwindo, dalam satu percakapan.
Dari beragam perhitungan dan pertimbangan itulah, sang pemenang itu akan ditentukan.
Jadi, semuanya jelas. Lebih fair. Pun obyektif.
Pertanyaan berikutnya, seperti apa proses penentuan pemain muda terbaik? Atau pelatih terbaik?
Peliknya penentuan pemain terbaik, akan berbeda tingkat kesulitannya jika dibandingkan menentukan pelatih terbaik atau pemain muda terbaik pada tiap bulannya.
Untuk penentuan pemain muda terbaik, misalnya. Saat ini, bisa dibilang tak banyak pemain berumur 20 tahunan yang banyak mendapatkan kesempatan bermain sebagai pemain inti alias starter. Fakta itu sangat memudahkan tim TSG untuk memantaunya.
Di luar itu, tim TSG akan selalu memantau performa atau kontribusi sang pemain muda itu ketika dia diturunkan. Apakah mampu tampil konsisten di posisi yang dipercayakan, perannya tak tergantikan, atau ia malah bisa mencetak gol.
Untuk kategori pelatih terbaik, paramaternya jelas. Biasanya, tim TSG memantau hasil akhir yang diperoleh satu tim selama sebulan yang dimaksud. Dibalik performa apik tim tersebut, fenomenanya, ada strategi brilian yang diterapkan sang pelatih.
Itulah gambaran umum di balik kisah penentuan pemain terbaik dan kategori lainnya. Semuanya bisa dipertanggungjawabkan. Sekali lagi, penentuan sang pemenang itu bukan karena like and dislike. Ada pertimbangan statistik, data pendukung, dan analisa teknik dibalik penentuannya.
Semoga bisa membantu.